Jakarta, Jangankan anak-anak, orang dewasa yang kurang
tidur saja berisiko tinggi mengalami sejumlah gangguan perilaku dan
kesehatan. Itulah mengapa sebuah studi baru dari Kanada mengungkapkan
bahwa anak-anak perlu diberi jam tidur tambahan agar perilakunya dapat
dikendalikan.
Menurut studi yang dipublikasikan dalam jurnal Pediatrics
ini, anak yang diberi jam tidur tambahan sebanyak 27 menit di malam
hari akan menunjukkan perbedaan perilaku yang signifikan di sekolah.
Anak-anak yang diberi jam tidur tambahan ini pun emosinya terlihat lebih
stabil, tidak mudah gelisah dan tak terlalu impulsif.
Fenomena
kurangnya jam tidur anak telah lama lama menjadi perhatian berbagai
pihak. Bahkan dalam sebuah studi dipaparkan bahwa anak-anak kehilangan
jam tidur rata-rata 0,073 menit pertahunnya dalam kurun waktu 1897-2009.
Studi
lain juga menekankan bahwa anak yang kurang tidur akan mempengaruhi
performa akademisnya. Ada juga beberapa studi yang menemukan bahwa
kurang tidur membuat anak cenderung terserang gangguan kesehatan
tertentu. Salah satunya mengatakan bahwa anak yang tak bisa tidur karena
pernafasannya terganggu cenderung berperilaku lebih agresif.
Lagipula
menurut berbagai studi dan survei ditemukan bahwa 43 persen anak
laki-laki berusia 10-11 tahun tak memperoleh durasi tidur yang
direkomendasikan para pakar setiap malamnya. Sebagian besar anak
laki-laki dan perempuan yang terlibat dalam studi dan survei ini
rata-rata jarang berangkat tidur sekitar pukul 9 malam.
Salah
satu penyebab kurangnya durasi tidur anak adalah penggunaan peralatan
elektronik, terutama pada remaja. Menurut sebuah studi yang
dipublikasikan dalam jurnal Applied Ergonomics, peralatan elektronik ini membuat Anda berkenan untuk berbaring tapi tak bisa tidur.
Pasalnya,
cahaya khusus yang dipakai berbagai layar alat elektronik dapat
mempengaruhi hormon melatonin (hormon yang berfungsi untuk mengembalikan
jam biologis manusia) di malam hari dan mengakibatkan tidur menjadi
tertunda.
Oleh karena itu tim peneliti dari McGill University,
Montreal, Kanada yang dipimpin oleh Reut Gruber, PhD melibatkan 34 anak
sehat berusia 7-11 tahun untuk mengetahi pengaruh durasi tidur terhadap
perilaku anak.
Lalu peneliti membagi 34 partisipan menjadi dua
kelompok. Kelompok pertama diminta tidur satu jam lebih lama dari
biasanya selama lima malam, sedangkan kelompok kedua diminta tidur
kurang dari satu jam dari biasanya selama lima malam.
Kesemua
partisipan tidak diijinkan tidur siang. Kebetulan seluruh partisipan
diketahui tak memiliki gangguan tidur, gangguan akademik maupun gangguan
perilaku.
Hasilnya, kelompok pertama memperoleh rata-rata jam
tidur tambahan sebanyak 27 menit, sebaliknya kelompok kedua tidur 54
menit lebih sedikit ketimbang hari-hari biasanya.
Tentu saja
keesokan harinya partisipan yang tidur kurang dari sejam terlihat lebih
mengantuk daripada biasanya. Partisipan ini juga dilaporkan mengalami
lebih banyak gangguan perilaku di sekolah daripada sebelum studi ini
dilakukan. Gangguan perilaku yang dimaksud adalah tidak stabil, mudah
gelisah dan impulsif.
"Tidur yang sehat itu penting untuk
mendukung tingkat kewaspadaan dan fungsi organ kunci lainnya yang
dibutuhkan untuk keberhasilan akademik seorang anak. Makanya tidur harus
diprioritaskan dan gangguan tidur harus dihilangkan," simpul peneliti
seperti dilansir dari medicalnewstoday, Selasa (16/10/2012).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar